Gudang ilmu; Makhluk itu bernama Perpustakaan


Oleh : Abdurrahman El-Hafid
“Mereka yang mencintai ilmu, mereka membuat perpustakaan. Mereka yang haus akan ilmu, mereka pergi ke perpustakaan. Mereka yang berilmu, mereka yang memiliki perpustakaan.”
Di luar negeri, seperti di Negara-negara Asia dan Eropa. Mereka sudah membuat buku yang jumlahnya lebih banyak dari jumlah penduduknya. Di Negara Timur Tengah, mereka sedang membuat perpustakaan pribadinya lebih besar dari rumah tempat tinggal mereka. Apa yang sudah dilakukan oleh Negara Indonesia? Jawabannya ada pada diri kita masing-masing.
Sungguh, Al-Qur’an pun diturunkan pertama kali dengan ayat ‘Iqro..’ Bacalah! Bacalah dengan menyebut nama Tuhan-Mu yang telah menciptakan. Lalu bagaimana kita mau membaca, kalau kita malas untuk pergi ke perpustakaan. Malas untuk beli buku. Apalagi untuk membuat perpustakaan pribadi. Kita telah jauh terlewati oleh Negara lain. Kita telah jauh tertinggal oleh mereka.
Untuk terus berjuang membangun peradaban keilmuwan, mari kita bersama membangunkan raksasa tidur dalam otak kita, bangkitkan kepedulian kita terhadap ilmu pengetahuan. Ciptakan dalam otak kita sebuah arsitektur peradaban abad ini dengan cara membangun perpustakaan pribadi di rumah-rumah kita, di pojok-pojok pasar, di langgar-langar Masjid dan tempat-tempat lainnya.
Cara baru untuk menuju masa depan yng baru adalah menciptakan hal-hal yang baru. Strategi jitu untuk menuju strategi baru adalah membuat strategi dengan mengerahkan seluruh energi. (17:42)
Rawa-Bokor Kota Tangerang
Tuesday, Sept 02, 2008 M/ 02 Ramadhan 1429 H

Beginilah Indonesia Mengajarkan Kita

Oleh : Abdurrahman El-Hafid
...............................................
Indonesia Raya merdeka-merdeka
Tanahku Negeriku yang kucinta
Indonesia Raya merdeka-merdeka
Hiduplah Indonesia Raya
Inilah potongan lagu kebanggaaan masyarakat Indonesia. Lagu yang menyemangati setiap perjuangan para pahlawan. Lagu yang dinyayikan stiap hari senin dalam upacara Bendera. Lagu yang melangit mengikuti kibaran Merah Putih.
Sekarang, di mana Indonesia kita. Indonesia tercinta. Yang katanya tongkt bisa jadi umbi-umbianm layaknya tukang sulap. Kita dihadapkan oleh pemandangan atmosphere politik yang begitu kental. Setiap orang sibuk dengan aktivitas keduniaannya masing-masing. Belum lagi mslah kemiskinan yang tak kunjung usai. Media massa pun tak kala hebatnya memberikan tips dan trik gratis bagaimana cara membunuh, mencuri dan memperkosa. Suguhan informasi yang diniatkan untuk memberikan info tentang kriminal malah menjadi metode pengajaran tindak kriminal yang asyik untuk ditonton.
Kita juga masih punya banyak prestasi di bidang yang lain. Prestasi sebagai negara terkorup masih kita pakai. Tak kunjung usai pula mereka-mereka para pejabat melakukan tindakan asusila yang tidak pantas dilakukan oleh seorang abdi rakyat. Belum lagi PNS yang enak-enakkan meninggalkan ruang kerjanya untuk berbelanja dan jalan-jalan menggunkan fasilitas rakyat. Kita juga disuguhkan pandangan kekerasan dalam rumah tangga. Iklan-iklan yang berbau pornografi dan porno aksi. Arus penyebaran Narkotika dan obat-obatan terlarang begitu cepat. Pergaulan bebas menjadi hobby masyarakat.
Setiap hari kita menyantap semua ini, bahkan msih banyk hidangn yng aneh yng Indonesia miliki. Beginilah Indonesia mengjarkan kita... (12:54)
Rawa Bokor Tangerang
Sept 02, 2008/ 02 Ramadhan 1428 H

Mereka yang istiqomah.....




Ya Rabb...Ramadahan-Mu akau jalani

Suci dalam mengingat-Mu

Dalam sujudku Aku bergumam..

Pertemukan Aku dengan-Mu Ya ..Rabb...

Getir sepi dalam lamunan..

Pagar besi dalam penantian..

Aku rindu kepada-Mu Ya,,Rabbb

Rindu tiada tertahan..

Oh..Rindu di tengah kemaksiatan..

Oh..Rindu di sudut penistaan..

Oh...kerinduanku, rindu sesungguhnya.!


Serang, 07 Sep 2008

Segenggam Cinta Untuk Amerika

Oleh : Abdurrahman El-Hafid

Sengaja tulisan ini dibuat untuk sebuah renungan dalam kebingungan.
Laknatullah itu bernama Amerika...itulah yang sering diteriakkan oleh banyak orang tentang Amerika. Negara Adi daya dan Adi kuasa, polisi dunia, patroli galksi Bima Sakti. Siap yang tak kenal Amerika. Begitu terjual habis nama amerika dipasaran. Pembantaian yang dilakukan terhadap Negara-negara Islam menjadi icon perjuangan Amerika. Sudah terlalu banyak sejarah mencatat Negara laknatullah ini, terus cacian diterima bagi negara Amerika. Namun, apakah kita tidak berpikir kalau di sana juga ada saudara kita yang muslim, ada hati-hati yang cenderung kepada Islam. Berarti, bukan Amerikanya, tapi individu-indivdunya. Ada harapan untuk mengajak mereka kembali ke jln Allah. Andaikan bukan kebencian yang kita tanamkan, pastilah harapan itu masih ada.

Kalau kita semua umat Islam mendo’akan agar Amerika menjadi Negara yang damai, tidak menindas umat Islam dan bertaubat kepada Allah, niscaya dengan jumlah kita di seluruh Dunia ini menjadi panjatan do’a terbesar dan dikabulkan oleh Allah Insya Allah. Selama ini kebencian yang selalu kita tanamkan, bukan kasih sayang. Akhirnya do’a - do’a kita terlupakan untuk juga sama-sama mendo’akan orang lain.

Sampaikn cinta kita pada mereka yang membenci kita, bukankah itu ajaran Rasulullah dalanm setiap langkah dakwahnya. Inilah segenggam harapan dan cinta untukmu Amerika.

(Ditulis menjelang keberangkatan ke Amerika. Tepatnya dalam beasiswa IELSP Indonesian English Language Study Program di University of South Carolina, Columbia) Semoga Allah mengampuni hamba....(13:09)

Beginilah Indonesia Mengajarkan Kita

Oleh : Abdurrahman El-Hafid

...............................................
Indonesia Raya merdeka-merdeka
Tanahku Negeriku yang kucinta
Indonesia Raya merdeka-merdeka
Hiduplah Indonesia Raya

Inilah potongan lagu kebanggaaan masyarakat Indonesia. Lagu yang menyemangati setiap perjuangan para pahlawan. Lagu yang dinyayikan stiap hari senin dalam upacara Bendera. Lagu yang melangit mengikuti kibaran Merah Putih.

Sekarang, di mana Indonesia kita. Indonesia tercinta. Yang katanya tongkt bisa jadi umbi-umbianm layaknya tukang sulap. Kita dihadapkan oleh pemandangan atmosphere politik yang begitu kental. Setiap orang sibuk dengan aktivitas keduniaannya masing-masing. Belum lagi mslah kemiskinan yang tak kunjung usai. Media massa pun tak kala hebatnya memberikan tips dan trik gratis bagaimana cara membunuh, mencuri dan memperkosa. Suguhan informasi yang diniatkan untuk memberikan info tentang kriminal malah menjadi metode pengajaran tindak kriminal yang asyik untuk ditonton.

Kita juga masih punya banyak prestasi di bidang yang lain. Prestasi sebagai negara terkorup masih kita pakai. Tak kunjung usai pula mereka-mereka para pejabat melakukan tindakan asusila yang tidak pantas dilakukan oleh seorang abdi rakyat. Belum lagi PNS yang enak-enakkan meninggalkan ruang kerjanya untuk berbelanja dan jalan-jalan menggunkan fasilitas rakyat. Kita juga disuguhkan pandangan kekerasan dalam rumah tangga. Iklan-iklan yang berbau pornografi dan porno aksi. Arus penyebaran Narkotika dan obat-obatan terlarang begitu cepat. Pergaulan bebas menjadi hobby masyarakat.

Setiap hari kita menyantap semua ini, bahkan msih banyk hidangn yng aneh yng Indonesia miliki. Beginilah Indonesia mengjarkan kita... (12:54)

Rawa Bokor Tangerang
Sept 02, 2008/ 02 Ramadhan 1428 H

Menang Dalam Keramaian, Kalah dalam Kesepian


Oleh : Abdurrahman El-Hafid



Banyak Sang pemenang yang menjadi juara di arena terbuka dalam sebuah pertandingan, kompetisi dan kejuaraan. Mereka begitu semangat menunjukan keterampilan dan keahliannya kepada lawannya dan para penonton. Banyak pula yang bangkit meraih kemenangan dengan dukungan para penonton, apalagi dari barisan penonton ada seseorang yang spesial bagi dirinya, seperti keluarga dan sahabat dekatnya yang memberikan semangat. Akhirnya kemenangan itu datang dan diraih..Yah kemenangan pada saat itu, kemenagan dari sebuah cerita kemenangan.

Di sisi lain, Sang juara olimpiade matematika di atlanta kembali ke Negara asalnya indonesia, lalu sampi di rumah ternyata Ibunda tercintanya telah tiada selama ia berada di Atlanta. Akhirnya sang juara olimpiade Matematika inipun merasakan sedih berkepanjangan...Dan mengalami depresi, dan pada puncaknya di keheningan malam, seorang diri, ia mengambil keputusan untuk mengakhiri hidupnya dengan cara gantung diri. Berakhirlah cerita sang juara dengan tiang gantungan...

Begitupun sejarah keimanan. Tak terhitung jumlahnya mereka yang istiqomah di jalan Dakwah. Dipupuk solidaritasnya dalam sebuah kelompok atau jama’ah. Akhirnya seluruh hidupnya diwaqafkan untuk dakwah. Keimanannya begitu terlihat, kasat mata menerka kalau mereka begitu dalam keyakinan dalam keberagamaannya, sebab mereka begitu aktif dalam aktivits-aktivitas dakwah. Dlam dauroh-dauroh, mereka begitu terlihat khusyu’. Tahajjudnya, dhuhanya, tilawahnya benar-benar menggambarkan sosok pribadi muslim yang ideal. Namun...Itu ritual dalam kelompok, dan berbeda ketika Anda, saya dan kita semua kembali sendiri menjallani aktivita keseharian kita. Akankah ada semangat ruh yang menjadi industri peradaban Islam, hati sudah mulkai kering, jangankan yang sunnah, yang wajibpun dilalikan. Mata tidak lagi terjaga, hati tidak lagi terpelihara, telinga tidak lagi mendengar kebaikan..Kita kalah dari kesepian. Ternyata kita butuh bersama mereka dalam jama’ah. Kirta tidak bisa sendiri, kita butuh spirit untuk spiritual.

Begitupun dengan lidi, kalau ia hanya ada satu batang, maka tidak akan dapat berguna untuk membersihkan apa-apa, namun apabila lidi itu dijadikan satu, maka akan banyak manfaat yang diambil. Begitu juga kita, makhluk yang membutuhkan orang lain untuk mengingatkan kita, untuk menasehati kita dan untuk menyadarkan kita.

Kita selalu terlihat agak shaleh di depan orang, namun ketika kita sendiri terkadang ke-shalih-an kita tergadaikan. Ingin dilihat oleh orang sebagai ahli ibadah, plagiat ritual ibadah dilakukan, akhirnya kita menjadi budak setan. Bagi kita, kesempurnaan untuk menang dalam kesepian dan menang dalam keramaian, itulah pemenag sejati. (12:34)

Rawa Bokor Tangerang
Sept 02, 2008/ 02 Ramadhan 1428 H

Marhaban Yaa Ramadhan.....

Akhirnya, kegembiraan itu kembali datang menyapa kita. Kesedihan yang dulu pernah dirasa, takut akan ditinggal olehnya, rindu ingin bertemu kembali di tahun berikutnya. Dan inilah tahun yang dirindukan itu, bulan yang dirindukan itu, yang malam-malamnya penuh dengan kesejukan hati, siangnya penuh dengan perjuangan keimanan….yah itulah Ramadhan..Akhirnya kit berjumpa kembali menatap mentari pagi di bulan Rmadhan. Do’a kecil yang terlintas dalam diri ini menyejukan qalbu, merasa Ramdhan menjadi saudara kita yang telah lama pergi…

Duh…Rabb. Engkau berikan nikmat-Mu pada hamba yang berlumur dosa, namun balasan dari ahli maksiat ini teramat indah dari-Mu. Hamba malu Ya Rabb malu meminta, malu menatap-Mu, malu akan cintamu….

August 30, 2008/19:09
Sumur Pecung Baru-Serang

 

Design in CSS by TemplateWorld and sponsored by SmashingMagazine
Blogger Template created by Deluxe Templates