ORGASME LIBERALISME KAUM MUDA

Oleh: Abdurrahman El-Hafid

Liberalisme, mengalir dan laku dipasaran pojok diskusi bak kacang goreng. Sindiran miring dan aneh menjadi bahan diskusi bagi makhluk bernama Liberalisme. Mereka dengan enak mengatkan bahwa liberalism adalah aliran sesat bagi perkembangan Islam di Indonesia. Aku tak mengerti, kegundahan hati ini. Mengapa lisan ini yang sering mengutarakan kebobrokan faham liberalisme di dalam Islam malah seolah goyah dengan banyak literasi yang sedang aku teliti. Aku telah menyampaikan bayak hal kepada hal layak ramai tentang mereka yang terjerumus ke dunia liberalisasi pemikiran, Namun, kenapa kini aku lebih suka melihat mereka, membaca mereka, berimajinasi untuk melakukan hal yang sama seperti pendahulu di jaringan Islam liberal tersebut.

Kegundahan hati ini aku ungkapkan sebagai hijrahku untuk menjadi bagian dari perubahan umat ini, apakah semua yang aku lakukan menjadi amal yang sia-sia. Semua tidak bias menjawabnya. Ini adalah orgasme yang sudah memuncak dalam diri ini untuk memuncratkan cairan liberalisasi dari diri seorang anak muda yang sedang gila dengan faham tersebut. Istilah Liberalisme, pluralisme dan humanisme seolah menjadi sahabat bahan bacaan setiap hari, tidak ada yang renyah dan enak dibaca selain karya-karya Abdurrahman Wahid, Jalaluddin Rahmat, Nurcholis Madjid, Komaruddin Hidayat, Azyumardi Azra, Harun Nasution, Ulil Abshar Abdalla, Anand Kreshna, Charles Kurzman dan mereka-mereka yang luar biasa dalam pemikiran yang menembus batas.

Sampai detik ini, hati masih merasa gundah, apakah kebenaran yang hakiki dari pemikiran Islam. Mereka yang dianggap sebagai kaum yang nyeleneh, tetapi kenapa membawa angin segar bagi pemikiran diri ini. Selalu saja pemikirannya membawa diri ini pergi jauh dari kejumudan pemikiran ortodoks di dalam Islam. Menebus tradisi lama dan Turats dalam kajian klasik Islam. Inilah saatnya menuju Islam baru dengan pemikiran baru. Toh mereka telah membuktikan satu perspektif baru di dalam Islam. Orang lebih banyak berminat dan belajar dalam Islam, karena Islam kita adalah Islam mereka juga.

Warna pluralisme dalam beragama lebih dimunculkan, karena memang Islam adalah rahmatan lil `alamin. Jadi kalau kita memunculkan Islam dalam bentuk yang sangat sakral sebagai agama, maka nilai sosial Islam akan dimarjinalkan sampai kapan pun juga. Kini saatnya perubahan paradigma berpikir di dalam Islam harus dimunculkan. Tak lepas pula dari bagaimana hubungan kemanusiaan atau Humanisme menjadi arah kebijakan baru di dalam Islam. Bukan lagi terpaku pada hukum klasik yang belum tentu kebenarannya. Maka, pintu ijtihad gaya modern harus diperjuangkan sebagai pintu membuka pemikiran baru generasi baru yang sedang haus akan ilmu pengetahuan.

Islam, adalah agama samawi yang sejak turunnya membawa kontroversi bagi kaum jahiliyah menjadi catatan besar kaca mata sejarah Islam, bahwa kalau saat ini Islam banyak menuai kontroversi dengan kelahiran agama baru yang mereka anggap `sesat`, maka seharusnya ada evaluasi besar-besaran deng reideologisasi di dalam Islam agar tidak ada alternative agama yang akan mewadahi segolongan kaum yang tidak terwadahi oleh pandangan hukum “Islam klasik”.

Islam klasik yang dimaksudkan adalah Islam yang hanya manut pada ajaran-ajaran yang lama, yang mengajarkan kepatuhan kepada hukum yang sudah ketinggalan zaman dan tidak lagi relevan dipergunakan pada saat ini. Penafsiran kembali pada ayat-ayat tertentu di dalam Al-Qur`an untuk disesuaikan pada zaman sekarang adalah merupakan satu hal yang diperbolehkan asal mengikuti aturan main dan persyaratan sebagi seorang penafsir Al-Qur`an dan rujukan klasik lainnya. Tapi kalau kita sudah tidak lagi berani memperbaharui kondisi kemajuan zaman yang sudah semakin berkembang ini, maka lambat laut Islam menjadi agama yang lumpuh, yang tak mampu menjawab tantangan zaman.

Sampai pada titik kelumpuhannya, maka pemakzulan agama menjadi hal yang mungkin, dan alternative agama yang ditawarkan oleh segolongan kaum menjadi satu tawaran yang menarik untuk disajikan. Maka wajarlah kalau kelumpuhan umat Islam saat ini sudah banyak bermunculan tanda-tandanya. Inilah wasilah kemunculan pemikiran baru dari kaum muda yang sudah tidak kuasa memuncratkan pemikiran liberalnya demi Islam lebih baik.(05/01/10)

UNTUKMU GUS DUR

Mengenang 7 hari wafatnya K.H Abdurrahman Wahid (30 Desember 2009)

Oleh : Abdurrahman El-Hafid


Di penghujung akhir tahun 2009, namanya menjadi harum oleh jalan terakhir dalam kehidupan ini. Itulah jalan yang bernama “kematian”. Jalan itulah yang memisahkan jasadnya dengan ruh. Menuju kembali kepada asal muasalnya sebagai makhluk yang berasal dari tanah dan kembali kepada tanah. Namun, Jasad dan Ruhnya boleh berpisah dan kembali kehadirat-Nya, tetapi buah pemikirannya tidak akan pernah mati dan terkubur. Ia akan selalu lahir dan berkembang dengan pemikiran baru yang fresh bahkan lebih fresh dari hidupnya.


K.H Abdurrahman Wahid, hidupnya penuh kontroversi. Pemikirannya lebih teramat maju dari bangsa ini. Terkadanag celotehnya berujung pada perdebatan panjang umat ini, namun ungkapannya bisa terjawab setelah berjalan lebih lama. Dan pada saat itulah orang-orang baru sadar kalau statementnya adalah benar. Opini dan gagasannya tentang Pluralisme dan Demokrasi menjadi darah segar para pemburu dan pecinta Pluralisme dan Demokrasi di Indonesia. Tokoh yang lahir dari darah biru penyambung warna pesantren dengan modernitas ini membawa pengaruh besar terhadap kemajuan umat ini. Orang boleh mencemooh pemikirannya semasa beliau hidup, namun kematiannya meninggalkan kesan tersendiri bagi mereka yang pernah mencemooh. Mereka akan merasa kehilangan sparing partner, teman diskusi, berdebat dan bercanda ala Gus Dur.


Tokoh bangsa yang menjadi kandidat pahlawan Nasional ini benar-benar meninggalkan kesan bagi bangsa ini. Pria yang sejak berusia 14 tahun sudah mengenakan kaca mata ini benar-benar menginspirasi ratusan ribu santri di Indonesia dan lebih banyak lagi pengikutnya yang bangga akan pemikirannya dan gagasannya yang menembus batas orang biasanya. Wajarlah, karena beliau adalah cucu dari seorang ulama besar pembawa gerakan Islam di Indonesia dan pendiri organisasi Islam Nahdlatul Ulama yaitu K.H Hasyim Asy`ari.


Dari K.H Hasyim Asy`arilah lahir K.H Wahid Hasyim sebagai seorang ulama terkemuka yang memiliki peran penting dalam kemerdekaan bangsa ini dengan keterlibatannya dalam Piagam Jakarta. Kemudian menjadi Menteri Agama pertama di Republik ini. Garis keturunan Gus Dur inilah yang membawa Gus Dur menjadi sosok yang fenomenal di kalangan santri dan umat seluruh Agama di Indonesia. Bagi kalangan santri, Gus Dur adalah satu-satunya santri yang menjadi Presiden di Republik ini. Bagi kalangan umat beragama, Gus Dur adalah tempat yang tepat untuk mengadu kegelisahan mereka untuk tinggal di Negeri mayoritas beragama Islam ini. Namun Gus Dur memiliki kepribadian yang plural dalam menerjemahkan Islam, oleh karena itulah ia juga sempat menulis sebuah buku yang berjudul Islam Kita, Islam Anda.


Penulis yakin, banyak hal yang dikenang dari seorang Gus Dur, banyak pula keinginan yang penulis ingin torehkan dalam tulisan ini. Sosok beliau menghantui otak penulis paska Gus Dur meninggal dunia. Penulis juga membongkar kembali tulisan-tulisannya dalam sebuah jurnal atau majalah Prisma yang diterbitkan oleh LP3ES pada tahun 1984. Tulisan yang hampir sudah punah, namun penulis mendapatkannya sudah cukup lama dan belum pernah dibacanya. Terbitan tahun 1984, 4 tahun sebelum penulis lahir, ia telah menjelma menjadi manusia pemikir dan pejuang yang sangat luar biasa. Terlihat dari tulisan-tulisannya yang begitu ringan membahas tentang social, politik, kemanusiaan, demokrasi dan banyak hal dalam kehidupan yang ia sentuh dari sudut pandang berbeda seorang Abdurrahman Wahid.


Ingin rasanya menjelmakan diri menjadi Gus Dur yang baru. Hidup dalam pemikirannya yang menembus batas orang biasanya. Bergerombol pada ilmu pengetahuan, bercinta pada buku lebih ia cintai dari pada istrinya.


Aku persembahkan tulisan ini untukmu “Abah Yai”, Do`aku menyertaimu. Aku akan lahir menjadi “The New Gus Dur” lewat pemikiran-pemikiranmu dan jejak kehidupanmu, santri yang menjadi Presiden di Republik ini. Selamat jalan sang tokoh pluralis, humanis dan liberalis….(05/01/2010)

HARGA BAGI “KELAHIRAN SEJARAH” UMAT KITA

Oleh : Abdurrahman El-Hafid


Sejarah selalu berulang, hanya pelaku sejarahnya saja yang berbeda. Setiap perjalanan sejarah umat ini, selalu memberikan tanda dan warna bagi pemeluknya. Konsekwensi logis harga bagi “sejarah kelahiran” umat kita adalah teramat mahal. Boleh jadi kita menjadi bagian dari sejarah tersebut, atau kita sedikitpun tidak pernah terkenang, atau bahkan yang tak berjasa malah memiliki nama dalam sebuah sejarah. Yah begitulah karakteristik sejarah, penulisannya, penelusurannya terkadanag berbeda dengan kenyataannya. Namun, begitulah harga yang dibayar untuk kelahiran umat ini.


Muhammad, nama yang saat ini menjadi icon percontohan umat Islam dalam menjalankan kehidupan sehari-hari, menjadikan Muhammad menjadi sosok yang berbeda dari yang lainnya. Terlihat sangat sempurna, bahkan tidak bisa dilukiskan wajah dan postur tubuhnya dalam penerjemahan konkrit visual. Inilah sisi yang saat ini terbaca oleh kita, namun sesungguhnya ada hal yang perlu dibayar sangat mahal oleh makhluk bernama Muhammad.


Lihatlah sejarah kemunculan Muhammd di zaman Jahiliyah atau zaman kebodohan. Muhammad hadir dalam posisi yang dianggap “Ghorib” atau aneh oleh bangsa jahiliyah pada saat itu. Kenapa bisa dikatakan aneh, karena Muhammad hadir untuk merubah tatanan social yang saat itu ada. Mereka (red.kaum jahiliyah) merasa kehadiran Muhammad telah mengganggu kestabilan kehidupan mereka. Adalah wajar kalau mereka mengangap Muhammad adalah bocah nyeleneh bagi masyarakat jahiliyah saat itu.


Bukan Muhammad namanya kalau menyerah begitu saja, Ia terus dakwah mengumandangkan lewat keluarganya terlebih dahulu kemudian dakwah terang-terangan. 23 tahun, waktu yang cukup lama yang dihabiskan selama 10 tahun di Madinah dan 13 tahun di Mekkah menjadi harga yang sangat mahal untuk kelahiran sejarah umat ini.


Saat ini, kita dapat membaca bagaimana indahnya perjuangan Rasulullah dalam menyebarkan serta menegakkan Islam di seantero bumi ini. Apakah sejarah umat ini didapatkan dengan jalan dan cara yang mudah? Tentunya tidak demikian. Ada harga yang perlu dibayar untuk kelahiran sejarah umat ini.


Bagi kita saat ini hanya menentukan tujuan kita, apakah kita mau mengambil bagian dari sejarah kelahiran umat yang selanjutnya, atau kita mati tergilas oleh sejarah itu sendiri. Sejarah akan terus lahir, dan tokoh dalam sejarah itulah yang berbeda.(05/01/2010)

 

Design in CSS by TemplateWorld and sponsored by SmashingMagazine
Blogger Template created by Deluxe Templates