Dari 19 anggota Senat IAIN, 11 anggota Senat memilih Dr Syibli Syarjaya, 7 memilih Prof Dr Fauzul Iman MA, dan 1 anggota memilih Prof Dr Utang Ranuwijaya.
Ketiga nama calon rektor itu akan dikirim kepada Kementerian Agama di Jakarta untuk ditetapkan salah satu calon menjadi rektor IAIN SMH Banten periode 2010-2014.
Ketua Pemilihan Rektor Dr B Syafuri mengatakan, perolehan suara yang diperoleh masing-masing calon sesuai mekanisme. “Nanti kami membuat berita acara dan diserahkan ke Ketua Senat yang akan mengusulkan ke Kementerian Agama (Kemenag),” kata Syafuri kepada wartawan usai pemilihan di Kampus IAIN, Rabu (9/6).
Menurut Syafuri, keputusan Menteri Agama untuk menetapkan salah satu calon rektor terpilih mengacu pada usulan Senat IAIN. “Keputusan menteri akan mengacu ke kita. Kalau berubah akan berpengaruh pada aspek psikologis dan memengaruhi kinerja akademik. Semoga pertimbangan pusat memilih yang terbaik dan tidak ada gejolak,” ujarnya.
Senada dengan Syafuri, Rektor IAIN SMH Banten Prof Dr MA Tihami mengatakan, proses pemilihan rektor sudah berjalan sesuai mekanisme. Tihami berharap, rektor yang akan menggantikannya dapat meneruskan rencana pembangunan kampus terpadu di Kecamatan Curug, Kota Serang. “Pembangunan kampus terpadu harus menjadi prioritas karena kampus sekarang sudah tidak efektif. Semoga di 2011, kampus terpadu sudah mulai dibangun dan tahun ini penyediaan lahan sudah selesai,” ujarnya.
Kampus saat ini yang terletak di Jalan Jenderal Sudirman, kata Tihami, direncanakan untuk pascasarjana. “Agustus ini akan ada assesor menilai kelayakan pascasarjana. Kami tengah mempersiapkan tiga program studi pascasarjana yaitu Pendidikan Islam, Hukum Islam, dan Filsafat Islam. Jadi saya harap, rektor baru mengakomodasi pembangunan kampus terpadu dan menyukseskan program pascasarjana karena sudah ditunggu oleh masyarakat,” ujarnya.
Selaku Ketua Senat IAIN SMH Banten, Tihami mengaku akan menunggu laporan dari panitia pemilihan rektor dan Senat akan melaporkan ke Presiden melalui Kementerian Agama. “Karena SK (surat keputusan-red) penetapan rektor terpilih akan ditandatangani oleh Presiden. Semoga sebelum masa jabatan saya berakhir (22 Desember-red), sudah serah terima jabatan,” ujarnya.
Menanggapi hasil pemilihan, Syibli Sarjaya mengatakan, pemilihan belum final dan baru pertimbangan Senat yang selanjutnya akan ditetapkan pemerintah pusat. Menanggapi kemenangan dalam pemilihan Senat, Syibli berfilosofi. “Saya ikut air mengalir saja dan sejak awal juga tidak neko-neko. Jika dipercaya temen-teman Senat, saya bersyukur. Ketika Allah akan memberikan sesuatu pada umat, maka tidak akan ada yang bisa menghalangi, begitu juga sebaliknya. Tapi saya jalankan sesuai air mengalir,” ujarnya.
Meski demikian, kata Syibli, jika ditetapkan sebagai rektor, berbagai hal akan dibenahi. Di antaranya membenahi sarana dan prasarana. “Masalahnya kan memang kurang anggaran. Jika dibandingkan dengan perguruan tinggi negeri di bawah Kementerian Pendidikan Nasional, anggaran perguruan tinggi negeri di bawah Kementerian Agama masih rendah. Tahun ini saja anggaran kita tidak sampai Rp 40 miliar, itu termasuk gaji dosen,” ujarnya.
Dari sisi manajemen, kata Syibli, paling penting adalah memperbaiki kinerja. “Kalau bahasa reformasi birokrasi mungkin terlalu elite. Tapi dari sisi tenaga pendidikan akan didorong untuk studi lanjut bagi dosen. Sesuai undang undang, dosen harus S-2, apalagi kuota sertifikasi untuk IAIN selalu banyak dan tinggal beberapa orang lagi yang didorong untuk S-2,” ujar Syibli.
Syibli menegaskan, akan melaksanakan amanat Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan. “Ada delapan standar pendidikan di sana (PP 19-red) yang akan kami laksanakan dan dalam proses pelaksanaan pendidikan mengacu ke PP itu,” ujarnya.
Prof Dr Fauzul Iman mengaku bersyukur proses pemilihan rektor berjalan baik. “Alhamdulillah berjalan baik dan saya menyerahkan pada mekanisme. Semua sudah jelas dan silakan Senat mengusulkan ke Kementerian Agama. Saya bergembira karena Senat telah memilih dan mempertimbangkan tiga calon untuk menjadi rektor,” kata Fauzul di ruang kerjanya.
Menurut Fauzul, IAIN ke depan harus meningkatkan kecerdasan mahasiswa secara akademik. “Demo harus secara akademik, mahasiswa harus menjadi suara nasional, sehingga tercipta caracter building dan pencitraan IAIN terlihat. Kampus IAIN juga tidak terkapsul dalam lokalitas,” ujarnya.
Dihubungi terpisah, Prof Dr Utang Ranuwijaya mengatakan, meski memperoleh suara terkecil tetap menghormati proses yang terjadi. “Yang lalu biar berlalu dan saya tetap menatap ke depan. Paling penting tetap kedepankan kebersamaan. Program yang saya ajukan ketika mencalonkan diri adalah kebersamaan. Melalui kebersamaan ada pemberdayaan dan kampus ini tidak akan bisa dibangun tanpa kebersamaan, tanpa melibatkan potensi yang ada,” ujarnya.
Utang mengaku, punya mimpi untuk menjadikan IAIN menjadi kampus terkemuka di Indonesia, salah satunya segera terwujud kampus terpadu sesuai master plan. “Selanjutnya adalah pengembangan SDM baik dosen maupun karyawan. Termasuk memfungsikan masjid sebagai pembinaan akhlak. Tapi paling penting, peningkatan mutu akademik, baik dosen maupun mahasiswa mutlak harus dilakukan,” ujarnya.
MAHASISWA DEMO LAGI
Sejumlah mahasiswa yang tergabung dalam Gerakan Mahasiswa IAIN Bersih kembali melakukan unjuk rasa di halaman kampus IAIN SMH Banten, pukul 11.00 WIB. Mereka meminta ketiga calon rektor menandatangani kesepakatan yang diajukan mahasiswa.
Dalam aksi itu, mahasiswa membakar ban bekas, jas almamater, dan bangku kuliah. Namun aksi ini tidak ditanggapi sehingga memancing emosi mahasiswa, sehingga mereka menyegel rektorat. “Kami kecewa karena tidak ada satupun calon yang menandatangani kesepakatan yang kami tawarkan. Padahal kesepakatan tersebut lebih banyak pada komitmen membangun citra dan kualitas IAIN. Kami menyatakan menolak hasil pemilihan rektor yang dipilih Senat dan akan mengirimkan pernyataan yang ditandatangani pimpinan organisasi mahasiswa ke Kementerian Agama,” ujar salah satu mahasiswa.
Calon rektor yang didatangi mahasiswa yaitu Dr Syibli Sarjaya dan Prof Dr Fauzul Iman. Namun keduanya enggan menandatangani kesepakatan yang diajukan mahasiswa.
Syibli beralasan tidak menandatangani kesepakatan karena sudah menjadi program ketika terpilih menjadi rektor. “Termasuk keluh kesah mahasiswa menjadi program saya jika terpilih. Soal tanda tangan, saya tidak mau karena sudah menjadi program dan kami bertanggung jawab bukan kepada mahasiswa tapi ke Kementerian Agama,” ujarnya.
Selain itu, kata Syibli, dengan menandatangani kesepakatan akan memperberat beban atau amanah yang diemban. “Jadi perlu dipahami, bukan saya tidak ingin menandatangani. Jika menandatangani hanya akan menambah dosa saya. Bukan saya takut diturunkan dari jabatan, tapi karena jabatan adalah amanat dari Allah,” tandasnya.
Sementara Fauzul Iman beralasan, tidak menandatangani kesepakatan mahasiswa karena calon lain juga tidak menandatangani. “Calon kan ada tiga, jadi tidak etis kalau hanya saya yang tanda tangan. Apalagi tuntutan mahasiswa agar OPAK (orientasi pengenalan kampus-red) diserahkan kepada mahasiswa sulit terwujud, karena sudah menjadi keputusan Kementerian Agama,” ujarnya.(run/alt/znd) |
0 komentar:
Post a Comment