Article; Pahlawan Peradaban

PAHLAWAN PERADABAN

Oleh : Abdurrahman El-Hafid

Gelap duri peradaban telah lalui beberapa dekade, tak kenalkah kita akan nikmat sang cahaya yang memancar di tengah-tengah hiruk-pikuk keramaian akan arus yang menjalar dari makhluk bernama budaya sampai kepada jenis cita rasa informasi dan tekhnologi. Mereka menanam tak tahu siapa yang memetik nanti, sedangkan kita memetik tak tahu pula siapa yang telah menanam dahulu. Hukum inilah yang menjadi sifat sang pahlawan yang tak pernah mau berpikir siapa yang akan membalas semua jerih payah keringatnya. Makhluk langka manalagi yang siap mengorbankan segala waktu, pemikiran serta membutuhkan beberapa generasi untuk merubah segalanya menjadi sesuatu yang berarti saat ini selain sang pahlawan peradaban. Tak salah ketika masa kini kita banyak menemukan model manusia yang gila akan sebutan pahlawan, dan tak pula menyalahkan kalau ada orang yang menyebutnya dengan “Pahlawan Gadungan”.

Mereka tak pernah berhenti meletakkan batu-batu pemikiran dalam setiap era, mereka juga tak pernah lelah menaiki bukit yang terjal ala tantangan zaman, tak pula lepas dari goresan pena ideologi budaya, sebaliknya mereka akan berhenti di atas batu mulia peradaban, dan akan melelahkan penjerumus dosa peradaban serta merta menjadi budaya yang santun dalam merilis sebuah peradaban baru.

Tak kurang dari banyaknya rasa dan warna yang pernah kita temui dan kita rasakan beberapa pertemuan yang lalu bersama sang waktu yang lewat begitu saja, hal itu pulalah yang mendorong para birokrat peradaban serta para pengamat peradaban terus mengikuti sejauh mana sang pahlawan telah berjalan dan sedalam apa pasak keilmuwan yang telah mereka tanam. Sepakatkah kita untuk menjadi pengamat sang pahlawan kita? Kemanakah mereka akan terus melebarkan sayapnya, atau bahkan kita tidak tahu sama sekali siapa sebenarya sang pahlawan peradaban. Samakah mereka dengan pahlawan kemerdekaan? Atau pahlawan-pahlawan lainnya yang kita anggap berjasa. Bagaimana kita dapat menyebut mereka pahlawan, namun sementara kita ta tahu siapa mereka.

Semua orang pasti akan sepakat dengan istilah `pahlawan` yang diserangkaikan dengan kata `peradaban dan kemerdekaan`, tapi samakah persepsi kita terhadap makna peradaban dan kemerdekaan? Bahasa mudah para birokrat peradaban sering bertutur dengan “peradaban bukanlah sebuah pilihan, namun pilihanlah yang harusnya mempunyai adab”. Mari kita cari siapa sebetulnya sang pahlawan peradaban tersebut. Mereka tak berfisik seperti imam bonjol, pula mereka tak menggunkan kuda putih yang konon melambangkan kesucian dalam berperang, serta tak bersenjata sejenis badik atau tombak. Sang pahlawan kita adalah hati. Betapa tidak ketika hati ini meniatkan sesuatu perubahan kemudian pikiran kita memproses segala kelahiran ide-ide serta gagasan besar yang bisa merubah segalanya. Sungguh berat dirasa, dan lelah dijalani kerja keras hati dalam mengusung peradaban.

Semua dari kita memiliki hati, maka kitalah sang pahlawan peradaban tersebut, dari diri kitalah akan lahir peradaban – peradaban baru di era baru yang akan meregut nama pahlawan dalam rangkaian sang pahlawan peradaban. Kita tak pernah sadar kalau banyak sudah sumbangsih bermuatan kontribusi yang kita berikan terhadap perjalanan sejarah peradaban ini. Lama sudah kesadara ini hilang tertutup zionis pendosa, lelah sudah tertegun dalam bayang sepi nilai ilahiyah. “Hanya hati-hati yang bersih dan sucilah yang akan melahirkan peradaban baru, sementara hasil dari hati-hati yang kotor bukanlah sebuah peradaban”. Maka, jadilah pemilik rumah-rumah hati yang selalu indah akan pantulan sinar mentari, dan selalu cerah dengan lantunan dengan suara ilahi. Jelaslah para pewaris peradaban negeri tercinta ini dengan kejelasan yang pasti menuai buah kebenaran dan kejujuran.

0 komentar:

 

Design in CSS by TemplateWorld and sponsored by SmashingMagazine
Blogger Template created by Deluxe Templates