Desperately Seeking Tolerance

The call to midday prayer resonates around the darunnajah Islamic School Complex. Students walk in groups toward the mosque in the middle of the school situated in Ulujami, south Jakarta. There are nearly three thousands boys and girls studying here, ranging from preschool children to university students. After prayers, the students enjoy their lunch break before returning the class.

The school is not exclusively for students from well off families. Students from poor families are subsidised. Darunnajah`s inclusiveness is also reflected in their teaching materials, such as in the teaching of ` muamallah ma nas`. Or `tolerance` toward fellow human beings. “ Tolerance goes hand in hand with Islamic teaching.”
Mencari kembali Toleransi
Adzan dzuhur telah berkumandang di sekitar Komplek pondok pesantren Daarunnajah. Para santri berbondong-bondong menuju ke Masjid di tengah-tengah sekolah yang berada di daerah Ulujami, Jakarta Selatan. Ada hampir 3 ribu santriwan/ti yang belajar di sini, mulai dari usia pra-sekolah sampai perguruan tinggi. Setelah shalat, para santri menikmati makan siang mereka sebelum kembali ke kelas.

Pesantren ini tidak semata-mata untuk santri dari kalangan keluarga kaya saja. Para santri dari keluarga miskin juga di subsidi. Keinklusifan Daruunajah juga direfleksikan dalam materi pengajaran, seperti pengajaran ` muamallah ma nas` atau `toleransi` terhadap sesame manusia. “Toleransi sejalan dengan ajaran Islam”

Explains H.Sofwan Manaf, school head.

The school also teaches how to respect difference and avoid holding prejudices. For example the school warmly welcomed the British Prime Minister Tony Blair in March 2006 at a time when other Moslems in Indonesia are demonstrating against the UK role in Iraq. “ By engaging with Blair we can demonstrate that Islamic schools are not a place for terrorists, as some Westerners might think.” Adds Sofwan.

What Darunnajah and other such organizations are doing to promote tolerance is good news. But why is it important?. “As countries such as the UK and Indonesia become increasingly plural, tolerance is an essential value.” says mark Hinde,

Ujar kepala sekolah. H. Sofwan Manaf.

Pesantren juga mengajarkan bagaimana menghormati perbedaan dan menghindari prasangka.Sebagai contoh, pesantren menerima denga hangat dan tangan terbuka Perdana Mentri Inggris Tony Blair pada bulan Maret tahun 2006 ketika muslim di Indonesia berdemonstrasi menentang keikutsertaan UK dalam agresi militer di Iraq. “Dengan keikutsertaan Tony Blair untuk datang, kita dapat menunjukan bahwa pesantren bukan tempat atau sarangnya teroris sama seperti beberapa orang barat berpendapat” Sofwan menambahkan.

Apakah Daarunnajah dan sperti organisasi lainnya yang sedang senior techer of English residing in Bali.

Hinde has it right. In the last few years in Indonesia there have been cases where difference has been answered with violence: conflicts in Ambon and Poso; attacks against believers of Ahmadiyah; and threats towards those who are against the Antipornography Draft. Although such incidents are small in number compared to the size of Indonesia, the problems they present are significant.

Tolerance was once a magic mantra during the New Order regime (1966 - 1998). This form of tolerance was a means for those in power to maintain control. After the New order collapsed, people were able to voice their opinions. Unfortunately, some used this new found freedom – a fundamental
mempromosikan toleransi adalah sebuah berita bagus?Mengapa hal itu penting? “ Sebagai Negara-negara yang majemuk seperti UK dan Indonesia, toleransi adalah sebuah nilai esensi.” Mark Hinde menambahkan seorang senior guru bahasa inggris yang berdomisili di Bali.

Hinde benar. Beberapa tahun terakhir ini di Indonesia ada beberapa kasus perbedaan yang telah dijawab dengan kekerasan: Konflik di Ambon dan Poso; serangan terhadap pengikut ahmadiyah; dan ancaman terhadap siapa saja yang menolak UU pornografi/draft pornografi. Memang peristiwa ini termasuk dalam jumlah yang kecil bila dibandingkan dengan jumlah penduduk Indonesia, tapi masalah yang dihadirkan sangat serius.
human right – to support local group interests and to express hatred towards other, often in a religious context.

Toleransi pernah sekali menjadi mantra sakti selama masa orde baru (1966-1998). Formula toleransi ini telah berarti sebagai kekuatan untuk mengontrol. Setelah orde baru tumbang, orang-orang telah mampu kembali untuk bersuara mengungkapkan pendapat-pendapat mereka. Sayangnya kebebasan baru ini digunakan untuk hak asasi yang mendukung kepada grup local / lokalitas dan untuk mengekspresikan kebencian terhadap yang lain, sering dalam konteks keagamaan.

Source : Quarterly Magazine of British Council Indonesia (October-December 2006)

Translator: Mr Abdurrahman El-Hafid

0 komentar:

 

Design in CSS by TemplateWorld and sponsored by SmashingMagazine
Blogger Template created by Deluxe Templates