Article, published in SAHARA


BERCINTA DENGAN BUKU

Oleh : Abdurrahman El-Hafid

· Tiada kenikmatan selain mengoleksi dan memiliki buku serta membacanya

Kenikmatan sering digambarkan dengan hal-hal yang dapat memuaskan diri, terlepas dari kenikmatan positif atau negatif. Tapi inilah pandangan nyata tentang kenikmatan. Begitu pula kenikmatan yang lahir dari membaca, mengoleksi dan memiliki buku. Tidak setiap orang mampu melahirkan kenikmatan dari konsep hidup yang sebenarnya telah diwariskan oleh baginda Rasulullah SAW. Seorang ulama bernama Al-Mustanshir billah, Abul Ash Al-Hakam bin Abdurrahman Al-Umawi (sang Penakluk Andalusia) menghabiskan umurnya untuk mengabdikan diri mengoleksi buku dan membacanya, hampir rumahnya tertutup oleh tumpukan buku-bukunya. Bahkan, ia telah mengoleksi hampir 200.000 buku.

Inilah kenikmatan yang luar biasa dimiliki oleh seorang ulama besar. Karena tidak ada kenikmatan lain selain mengoleksi dan membaca buku.

Dalam hitungan jam, mungkin kita dapat keliling dunia dengan membaca buku, dapat memahami pikiran seseorang, dapat menyelami lautan ilmu. Tak dipungkiri bagi orang yang sudah cinta dengan buku sehari-harinya selalu berpetualang mencari hal-hal yang belum ia ketahui, walaupun ia hanya duduk dalam satu tempat, namun sesungguhnya ia sedang mengelilingi dunia baru mencari hal-hal baru.

· Membaca adalah konsep hidup, bukan sekedar hobi

Ternyata, membaca bukanlah hanya sekedar sebagai hobi, melainkan sebagai konsep hidup seseorang. Karena membaca dapat mempengaruhi pola pikir, pandangan bahkan prilaku. Diri kita sebenarnya adalah apa yang kita baca. Ketika orang itu banyak membaca buku tentang ekonomi dan bisnis, maka akan lahir benih pandangan untuk berbisnis. Begitu juga ketika kita banyak membaca buku-buku tentang biografi para tokoh, maka terkadang kita ingin sekali menjadi tokoh tersebut dan meniru tingkah laku, kebiasaan dalam kehidupan sehari-hari.

Inilah buku,ruhnya dapat masuk ke alam bawah sadar manusia, mengrogoti setiap pemikiran yang dangkal. Orang bisa jadi sesat dan liberal karena baca buku, dapat menduduki kedudukan paling tinggi pun karena membaca buku.

· “Bacalah!” sebuah pesan dari langit

“Bacalah!”[1] kalimat ini mengawali perjalann sejarah manusia ke depan, mengawali sebuah peradaban baru, menerobos nilai-nilai kejahiliahan, menggema untuk merubah sebuah kebiasaan.

Indahnya Al-Qur`an, mengawali sejarah turunnya wahyu dengan pesan yang mengandung makna terdalam dalam hidup. Padahal waktu itu Rasulullah SAW adalah orang yang ummi, namun inilah Allah yang maha mengetahui dari apa yang kita tidak ketahui.

Aktivitas membaca bukanlah pesan kosong dar para pencinta buku, namun ini adalah pesan dari langit yang melalui malaikat jibril disampaikan kepada Nabi Muhammad SAW.

· Pilih kue atau Buku Bung?

Kalau ada pertanyaan kita mau pilih kue atau buku, maka mungkin banyak orang yang memiliki kue, karena kenikmatan rasa kue yang akan langsung dinikmati. Tapi sebenarnya, kalau kita memilih kue, maka setelah kue habis dimakan kita hanya akan mendapatkan kenikmatan sesaat, kemudian rasanya akan hilang seiring habisnya kue tersebut. Namun, apabila kita memilih buku, maka boleh jadi kita akan merasakan nikmatnya buku sampai kapanpun. Apalagi kalau bukunya berisi tentang cara membuat kue, kita malah akan menciptakan banyak kue yang dapat kita makan. Maka tak salah kalau buku yang kita pilih bung!

· Buku; warisan termahal untuk keturunan

Berapa banyak orang yang mewariskan harta untuk anak cucu keturunannya, namun sedikit sekali orang yang meninggalkan warisan berupa ilmu dan buku.

Bukan berkah yang sering terjadi dari warisan berupa harta, namun malah menimbulkan bencana. Begitu banyak pertikaian yang terjadi akibat dari kecemburuan dari para ahli waris.

Mulai saat ini, marilah kita belajar mewariskan bekal yang terbaik untuk anak cucu keturunan kita. Bukan berarti warisan berupa harta tidak baik, akan tetapi jangan sampai dijadikan prioritas utama.

· Gerakan Masyarakat Gemar Baca

Orang-orang eropa yang mayoritas beragama yahudi dan nasrani sedang berpikir dan berlomba-lomba agar bagaimana caranya perpustakaan buku mereka lebih besar dari rumah-rumah mereka. Mereka telah mendahului kita, padahal pesan membaca milik kita dan membumi di agama kita.

Sebenarnya, kalau kita mau kita juga bisa melakukan apa yang sedang mereka lakukan tentang ilmu dan buku. Hanya saja terkadang kita menjadi umat yang sombong, yang tidak mau mengakui kesalahan kita.

Marilah mulai saat ini kita membangun komunitas-komunitas membaca, jadikan rumah kita menjadi majelis membaca. Jadikan pojok-pojok kosong dari masjid, pasar, kebun, halaman, kamar dan kampung kita ramai dari aktivitas membaca. Demi hidup lebih baik....!

Pukul 06:58

(Wednesday, january 30, 2008 M/ Muharram 21, 1429 H)

Rawa-Bokor Benda Kota Tangerang-Banten



[1] QS.Al-Qalam : 1

0 komentar:

 

Design in CSS by TemplateWorld and sponsored by SmashingMagazine
Blogger Template created by Deluxe Templates