Melihat dari Sisi Lain

Oleh : Abdurrahman El-Hafid

Dalam setiap permasalahan kita sering kali menyalahkan orang lain kalau orang lain yang melakukan kesalahan. Padahal kita belum mengetahui sesungguhya apa yang terjadi pada orang yang kita persalahkan itu. Pada saat bawahan kita di perusahaan kita salah membuat laporan, kita dengan hebatnya memberikan puluhan kata-kata tidak sopan kepada bawahan kita, padahal mungkin yang terjadi adalah ia salah karena pada saat membuat laporan anaknya sakit akhirnya ia tidak konsentrasi. Bagi Anda yang memiliki staff dalam sebuah perusahaan, ketika staff Anda datang terlambat, apa yang terjadi? Bisa jadi Anda memarahinya. Padahal boleh jadi ia datang terlambat karena perjalanannya menuju kantor sangat macet sekali sehingga ia datang terlambat dan tidak bisa datang tepat waktu.

Banyak hal yang akan terjadi apabila kita hanya melihat dari satu sisi yang sama. Artinya kita tidak melihat banyak kemungkinan ynag akan terjadi sesungguhnya. Kita hanya berpikir hidup ini ideal dengan apa yang kita inginkan, padahal hidup ini penuh dengan kemungkinan-kemungkinan yang akan terjaadi di luar perkiraan kita. Maka, buatlah diri kita bisa memposisikan pada posisi orang lain agar kita juga merasakan apa yang orang lain rasakan. Kita tidak lain menghakimi orang lain dengan mengukur diri kita tanpa melihat dari sisi orang lain. Akhirnya yang terjadi adalah kita pusing dengan kelakuan diri kita sendiri. Cobalah untuk mengerti apa yang orang lain lakukan. Boleh jadi apa yang terjadi pada diri orang lain tersebut adalah penyelamat hidup kita, hanya saja kita tidak mengetahui apa rahasia Allah yang diberikan kepada kita. Buatlah orang lain agar nyaman ada di dekat kita.

Melihat dari sisi lain, begitulah istilah dari mencari seribu satu alasan untuk mengelola hati kita agar tidak terjebak dari berpikir negatif kepada orang lain. Terkadang kita egois terhadap orang lain, dan kita tidak bisa sportif dalam memberikan pandangan terhadap orang lain. Seperti layaknya hukum, kita hanya mau kalau orang lain salah dihukum, tetapi kalau kita yang salah malah kita tidak mau dihukum. Padahal tidak ada bedanya kita dengan yang lain dari segi hukum. Sisi ini sangatlah penting dalam membangun sebuah motivasi dalam lingkugan kita. Kita harus menjadi contoh untuk memberikan yang terbaik untuk orang lain lewat diri kita. Jangan sampai kita hanya menjadi bagian yang hanya melengkapi tanpa ada pengaruhnya apa-apa, jadikan setiap dari kita memberikan kontribusi terbaik untuk orang lain.

Lihat setiap permasalahan dari sisi lain, agar kita tenang menghadapai sesutau yang kita sedang dan akan hadapi. Sebab, memberi saja tidak cukup tanpa harus mengikhlaskan pemberian kita. Oleh karenanya, berikan yang terbaik untuk orang lain, kemudian ikhlaskanlah!.

It`s time for you to do something!. Yah, inilah saatnya untuk melakukan sesuatu untuk orang lain. Bersemangatlah dengan pekerjaan terbaru Anda memberikan yang terbaik untuk orang lain. Saat ini, pekerjaan Anda bukan hanya pekerjaan kantor, namun pekerjaan Humanistic, pekerjaan kemanusiaan, tepatnya nilai-nilai kemanusiaan. Anda, saya dan kita semua akan menuju pekerjaan baru kita. Mari mulai dengan perbuatan yang terkecil, minimal memberikan senyuman pada setiap orang yang berpapasan dengan kita. Dengan cara tersebut kita sudah mengambil bagian dalam pekerjaan baru kita, setelah itu menujulah pada tahapan-tahapan selanjutnya. Anda tidak akan dapat bersemangat kalau Anda tidak bisa menyemangati orang lain. Sebab semangat Anda juga semangat orang lain!

Tebarkan kesemangatan itu pada orang lain. Posisikan diri Anda pada posisi orang lain. Kalau teman Anda, saudara Anda sedang kesusahan, posisikan diri Anda pada posisi yang tepat agar ia, sahabat dana teman Anda merasakan kalau Anda ada bersama ia dalam suka maupun duka. Selamat mencoba..!

“Mari mulai dengan perbuatan yang terkecil, minimal memberikan senyuman pada setiap orang yang berpapasan dengan kita”.

0 komentar:

 

Design in CSS by TemplateWorld and sponsored by SmashingMagazine
Blogger Template created by Deluxe Templates