Oleh : Abdurrahman El-Hafid
“Biqodri ma tata`anna Tanalu ma tatamanna”, sejauh mana kita berusaha, sejauh itu pulalah hasil yang kita capai. Beginilah potongan dari sebuah sya`ir yang tertulis dalam sebuah kitab bernama “Ta`limul Muta`allim” yang dikarang oleh Syaikh Az-Zarnujiy. Inilah sebuah konsep tentang usaha dan hasil, bahwa sesunggunya hasil itu berbanding lurus dengan usaha yang kita lakukan.
Orang tidak akan pernah dapat menikmati manisnya rasa gula tanpa pernah merasakan pahitnya rasa kopi. Begitu juga orang yang sedang berusaha, tidak akan pernah merasakan hasil tanpa melalui usahanya sendiri. Dan hasilnya berbanding lurus dengan usahanya. Kalau kita berusaha hanya 40 %, maka boleh jadi hasilnya juga hanya 40%, tapi ketika kita berusaha maksimal sampai 100%, maka hasilnya juga akan sama dengan usahanya 100%. Namun, ketika kita sudah merasa berusaha maksimal 100%, dan hasilnya kita rasakan tidak sesuai dengan usaha kita, atau tidak memuaskan, itu mungkin menurut kita bahwa kita telah berusaha 100%, namun Allah lebih tahu sejauh mana usaha kita. Dan kalaupun usaha kita memang benar 100%, berarti Allah sedang memiliki rencana lain dari usaha yang kita lakukan. Boleh jadi Allah akan membayarnya pada saat usaha kita yang lain yang diusahakan kurang maksimal, namun hasilnya maksimal. Beginilah Allah mengajarkan hamba-Nya untuk terus berpikir tentang kekuasaan-Nya.
Selayaknya seorang penjual sayur yang bekerja keras ketika menabur bibitnya agar tanaman sayurnya menjadi segar, dan ketika dijual harganya juga mahal. Dan tibalah saatnya ketika si penjual sayur itu memetik hasilnya, hasil dari sayuran yang ditanamnya. Ia membawa sayurannya menuju pasar menggunakan sepeda ontelnya. Dia ayun sepedanya dengan bersemangat menuju pasar, berharap sayurannya banyak yang membeli dan harganya juga bagus. Di tengah-tengah perjalanan, di saat ia mangayun sepedanya dengan semangat, ada sebuah mobil container yang sedang berjalan dengan kecepatan di atas rata-rata, dengan tiba-tiba menyerempet sepeda si tukang sayur tersebut, dan si tukang sayur itu terjatuh ke kali dan semua sayurannya terbawa arus air yang deras. Bersamaan dengan itu pulalah harapannya pupus di bawa air yang mengalir. Ia merasa usahanya selama ini maksimal, namun hasilnya pupus di tengah jalan. Setelah itu ia pulang kembali ke rumahnya dengan pakaian basah kuyup sambil membawa sepedanya yang rusak, sampai di rumah ternyata istrinya malah tersenyum sambil berkata kepada suaminya bahwa tadi ada seorang sopir container yang mengantarkan uang berjumlah 500.000,- ke rumahnya sebagai uang ganti rugi. Kemudian suaminya terkejut dan mengatakan kalau sayuran tadi harganya tidak sampai ratusan ribul.Subhanallah..inilah kisah yang mengartikan bahwa Allah tetap akan melihat usaha kita, dan menggantinya lewat jalan yang tidak pernah kita sangka, asalkan jangan ada sedikitpun keraguan bahwa Allah tidak membalas usaha kita yang maksimal. Kalau Allah sudah berkehendak, Allah bisa saja memberikan yang lebih dari apa yang kita pikirkan.
Beginilah sebuah nilai dari usaha seseorang. Tidak akan pernah ada yang sia-sia dari apa yang kita usahakan, kalaupun tidak ada hasilnya, itu berarti bukan tidak, tapi belum. Berusaha bukanlah sekedar menggerakan secara maksimal energy dan tenaga kita, melainkan juga menyerahkan, memasrahkan diri kepada Allah dari semua yang kita usahakan. Itulah yang harusnya kita lakukan setelah kita berusaha sekuat tenaga, setelah itu bertwakkal kepada Allah ”Faidza Azamta, fatawakkal `alallah.
Sekaranglah saatnya kita mempraktekkan segala prinsip dalam berusaha, yaitu bahwa hasil berbanding lurus dengan usaha yang dilakukan, dan setelah berusaha menyerahkan hasilnya kepada yang maha memberikan hasil, yaitu Allah SWT.
“Biqodri ma tata`anna Tanalu ma tatamanna”,
sejauh mana kita berusaha, sejauh itu pulalah hasil yang kita capai.
( Syaikh Az-Zarnujiy)
“Biqodri ma tata`anna Tanalu ma tatamanna”, sejauh mana kita berusaha, sejauh itu pulalah hasil yang kita capai. Beginilah potongan dari sebuah sya`ir yang tertulis dalam sebuah kitab bernama “Ta`limul Muta`allim” yang dikarang oleh Syaikh Az-Zarnujiy. Inilah sebuah konsep tentang usaha dan hasil, bahwa sesunggunya hasil itu berbanding lurus dengan usaha yang kita lakukan.
Orang tidak akan pernah dapat menikmati manisnya rasa gula tanpa pernah merasakan pahitnya rasa kopi. Begitu juga orang yang sedang berusaha, tidak akan pernah merasakan hasil tanpa melalui usahanya sendiri. Dan hasilnya berbanding lurus dengan usahanya. Kalau kita berusaha hanya 40 %, maka boleh jadi hasilnya juga hanya 40%, tapi ketika kita berusaha maksimal sampai 100%, maka hasilnya juga akan sama dengan usahanya 100%. Namun, ketika kita sudah merasa berusaha maksimal 100%, dan hasilnya kita rasakan tidak sesuai dengan usaha kita, atau tidak memuaskan, itu mungkin menurut kita bahwa kita telah berusaha 100%, namun Allah lebih tahu sejauh mana usaha kita. Dan kalaupun usaha kita memang benar 100%, berarti Allah sedang memiliki rencana lain dari usaha yang kita lakukan. Boleh jadi Allah akan membayarnya pada saat usaha kita yang lain yang diusahakan kurang maksimal, namun hasilnya maksimal. Beginilah Allah mengajarkan hamba-Nya untuk terus berpikir tentang kekuasaan-Nya.
Selayaknya seorang penjual sayur yang bekerja keras ketika menabur bibitnya agar tanaman sayurnya menjadi segar, dan ketika dijual harganya juga mahal. Dan tibalah saatnya ketika si penjual sayur itu memetik hasilnya, hasil dari sayuran yang ditanamnya. Ia membawa sayurannya menuju pasar menggunakan sepeda ontelnya. Dia ayun sepedanya dengan bersemangat menuju pasar, berharap sayurannya banyak yang membeli dan harganya juga bagus. Di tengah-tengah perjalanan, di saat ia mangayun sepedanya dengan semangat, ada sebuah mobil container yang sedang berjalan dengan kecepatan di atas rata-rata, dengan tiba-tiba menyerempet sepeda si tukang sayur tersebut, dan si tukang sayur itu terjatuh ke kali dan semua sayurannya terbawa arus air yang deras. Bersamaan dengan itu pulalah harapannya pupus di bawa air yang mengalir. Ia merasa usahanya selama ini maksimal, namun hasilnya pupus di tengah jalan. Setelah itu ia pulang kembali ke rumahnya dengan pakaian basah kuyup sambil membawa sepedanya yang rusak, sampai di rumah ternyata istrinya malah tersenyum sambil berkata kepada suaminya bahwa tadi ada seorang sopir container yang mengantarkan uang berjumlah 500.000,- ke rumahnya sebagai uang ganti rugi. Kemudian suaminya terkejut dan mengatakan kalau sayuran tadi harganya tidak sampai ratusan ribul.Subhanallah..inilah kisah yang mengartikan bahwa Allah tetap akan melihat usaha kita, dan menggantinya lewat jalan yang tidak pernah kita sangka, asalkan jangan ada sedikitpun keraguan bahwa Allah tidak membalas usaha kita yang maksimal. Kalau Allah sudah berkehendak, Allah bisa saja memberikan yang lebih dari apa yang kita pikirkan.
Beginilah sebuah nilai dari usaha seseorang. Tidak akan pernah ada yang sia-sia dari apa yang kita usahakan, kalaupun tidak ada hasilnya, itu berarti bukan tidak, tapi belum. Berusaha bukanlah sekedar menggerakan secara maksimal energy dan tenaga kita, melainkan juga menyerahkan, memasrahkan diri kepada Allah dari semua yang kita usahakan. Itulah yang harusnya kita lakukan setelah kita berusaha sekuat tenaga, setelah itu bertwakkal kepada Allah ”Faidza Azamta, fatawakkal `alallah.
Sekaranglah saatnya kita mempraktekkan segala prinsip dalam berusaha, yaitu bahwa hasil berbanding lurus dengan usaha yang dilakukan, dan setelah berusaha menyerahkan hasilnya kepada yang maha memberikan hasil, yaitu Allah SWT.
“Biqodri ma tata`anna Tanalu ma tatamanna”,
sejauh mana kita berusaha, sejauh itu pulalah hasil yang kita capai.
( Syaikh Az-Zarnujiy)
0 komentar:
Post a Comment